Header Ads

Planet Baru Seukuran Bumi Ditemukan Tak Jauh dari Tata Surya, Mungkinkah Bisa Dihuni?


Meski lebih dekat dengan bintang induknya, Ross 128 b diperkirakan memiliki iklim sedang, karena jumlah radiasi yang diterima hanya 1,38 kalinya Bumi. Kondisi ini terjadi berkat rendahnya energi yang dipancarkan oleh bintang Ross 128. Pasalnya, suhu permukaan bintang ini hanya setengahnya matahari.

Namun, masih belum pasti apakah planet tersebut terletak di zona layak huni (Goldilock) bintang. Zona Goldilock ialah area di sekitar bintang yang kondisinya memungkinkan keberadaan air cair di permukaan planet.

Bintang katai merah Ross 128 terletak di rasi Virgo. (Sky Survei 2)
Sebenarnya, Ross 128 b bukanlah planet luar tata surya terdekat yang pernah ditemukan. Pertengahan tahun lalu, para astronom mengumumkan penemuan Proxima Centauri b, planet luar tata surya terdekat yang hanya berjarak 4,25 tahun cahaya dari Bumi.

Awalnya, para astronom menduga bahwa Proxima b memiliki unsur-unsur pendukung kehidupan. Namun, analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa planet tersebut tidak memiliki atmosfer, salah satu unsur penting yang dapat melindungi kehidupan di permukaan planet dari radiasi bintang.

Kondisi itu terjadi karena bintang induk Proxima b, yakni Proxima Centauri, merupkan bintang katai merah yang sangat aktif. Bintang itu menyemburkan radiasi ke ruang angkasa. Semburan itu bisa menyingkirkan atmosfer apa pun dari Proxima b, sehingga memungkinkan radiasi bintang dahsyat mencapai permukaannya.

Sementara itu, keberadaan atmosfer di planet Ross 128 b sendiri masih belum dapat dipastikan. Memang benar, bintang katai Ross 128 jauh lebih tenang dibanding Proxima Centauri, tapi itu bukan jaminan.

"Beberapa model komputer menunjukkan planet ini terlalu dekat dengan bintang induknya sehingga bisa saja kehilangan atmosfer. Model lain menunjukkan bahwa planet dapat membentuk awan yang memantulkan radiasi dan mencegah pemanasan berlebih, sehingga air bisa tetap berwujud cair di permukaan planet," ujar pemimpin penelitian, Xavier Bonfils dari Université Grenoble Alp kepada National Geographic.

Bonfils juga menegaskan, "Kami pasti membutuhkan lebih banyak data sebelum bisa mengatakan kesimpulan apa pun."

Saat ini, para astronom tidak dapat meneliti planet tersebut secara langsung. Sebaliknya, HARPS mendeteksi planet itu dengan mengukur "goyangan" cahaya yang dipancarkan bintang akibat tarikan gravitasi planet-planet yang mengorbitnya.

Para peneliti berharap dalam beberapa dekade mendatang, generasi terbaru teleskop bumi seperti Extremely Large Telescope yang saat ini sedang dibangun di Cili, dapat membantu kita mengamati planet ini lebih detail untuk mengetahui keberadaan atmosfer dan tanda-tanda kehidupan di sana.

No comments

Powered by Blogger.