Pelatihan Fisik Berat nan Berliku para 'Mesin Pembunuh' Romawi
Prajurit merupakan salah satu faktor penting bagi peradaban Romawi. Selama lebih dari seribu tahun, Legiun Romawi dan pasukan tambahannya mendominasi medan perang Eropa, Afrika, dan Asia. Setiap legiun memiliki sekitar 5.000 orang. Rata-rata, 120 veteran pensiun setiap tahun setelah dua puluh lima tahun mengabdi. Di luar itu, ada prajurit yang dipecat, dipindahkan, atau pun tewas di medan perang. Untuk menutupi semua itu, dibutuhkan sekitar 250 rekrutan baru setiap tahun. Aset penting kekaisaran, “mesin pembunuh” Romawi ini melakukan pelatihan berat nan berliku.
Peran kunci dalam proses perekrutan berada di tangan dokter militer dan instruktur senjata. “Mereka mengevaluasi kesehatan para kandidat dan melatih cara bertarung,” tutur Peter Preskar di laman History of Yesterday. Meski merupakan bagian Legiun, dokter dan instruktur ini memiliki kekebalan khusus. Keduanya dibebaskan dari tugas-tugas rutin seperti menggali parit atau berpatroli dan mendapat bayaran lebih baik dari tentara biasa.
Proses seleksi ketat para calon prajurit
Legiun Romawi lebih menyukai rekrutan dari pedesaan daripada rekrutan dari kota. Pasalnya, laki-laki dari pedesaan lebih bugar secara fisik dan lebih terbiasa dengan lingkungan yang keras. Jika mereka berprofesi sebagai buruh kasar seperti tukang daging, pandai besi, atau pemburu, itu lebih baik lagi!
Beberapa provinsi di wilayah Romawi juga terkenal dengan pejuang yang pemberani. “Gudang prajurit” yang paling penting adalah provinsi Illyricum (gabungan Albania, Kosovo, Montenegro, Serbia, Bosnia dan Herzegovina, Kroasia, dan Slovenia modern). Pria dari Illyricum terkenal karena kecakapan militernya,” tambah Preskar.
Dokter militer kemudian memeriksa setiap rekrutan. Para kandidat harus sehat, bugar secara fisik, dan memiliki tinggi setidaknya 168 sentimeter. Setiap rekrutan adalah warga negara Romawi dan setidaknya berusia tujuh belas tahun. Bagaimana jika para imigran ingin bergabung? Orang-orang yang direkrut tanpa kewarganegaraan Romawi bergabung dengan pasukan tambahan. Mereka akan mendapatkan kewarganegaraan di akhir masa dinasnya.
Surat rekomendasi dari pejabat tinggi atau veteran meningkatkan peluang untuk bergabung dengan Legiun. Juga, kandidat harus lajang. Jika mereka menikah, pernikahan mereka dibatalkan dengan memasuki dinas militer.
Melewati masa percobaan yang sulit
Setelah rekrutan diterima, mereka harus menjalani masa percobaan empat bulan yang berat. Selama masa itu, calon prajurit harus membawa peralatan lengkap, mengikuti pelatihan senjata, dan latihan formasi. Tidak hanya fisik, pelatihan dirancang sedemikian rupa untuk menguji mental rekrutan. “Jika tidak sanggup, mereka boleh menyerah dan keluar kapan saja selama masa percobaan itu,” Preskar menambahkan lagi.
Masa percobaan terdiri dari pelatihan dasar berikut:
Berbaris dengan perlengkapan lengkap
Hal pertama yang diajarkan kepada para rekrutan adalah berbaris. Untuk menjaga formasi, sangat penting bahwa setiap prajurit memiliki stamina yang cukup. Mereka juga harus tahu bagaimana berbaris dengan kecepatan yang sama.
Para rekrutan harus menyelesaikan dua puluh sembilan kilometer dalam enam jam sambil membawa beban seberat dua puluh kilogram. Pada tahap selanjutnya dari proses uji coba, mereka harus menyelesaikan tiga puluh lima kilometer.
Para rekrutan berbaris dalam segala kondisi cuaca. Mereka sering berjalan melintasi bukit karena lebih menantang untuk menjaga formasi di medan yang tidak rata.
Selain berbaris, para rekrutan diajari berbagai manuver dan formasi pertempuran. Menariknya, Legiun Romawi diajari cara berenang. Orang Romawi percaya berenang adalah latihan yang sangat baik untuk menjaga prajuritnya tetap sehat dan bugar.
Melatih keterampilan menggunakan senjata dan melawan musuh
Para rekrutan harus berlatih dua kali sehari. Pelatihan dilakukan di luar ruangan. Para instruktur senjata mengajarkan rekrutan pertempuran satu lawan satu, lempar lembing, manuver, dan formasi pertempuran. Mereka menggunakan pedang kayu dan perisai anyaman. Semua perlengkapan yang digunakan selama latihan beratnya dua kali lipat dari aslinya. Tentu saja ini untuk melatih kekuatan dan daya tahan para calon prajurit.
Para rekrutan dilatih untuk menusuk dan tidak menebas dengan pedang mereka. Penusukan jauh lebih efisien karena hanya luka sedalam lima sentimeter yang bisa mematikan. Di sisi lain, menebas jarang membunuh musuh karena baju besi dan tulang menangkis pukulan itu.
Mendorong memungkinkan Legiun untuk tetap tersembunyi di balik perisai besar mereka. Strategi ini juga menghemat energi sehingga mereka bisa bertarung selama berjam-jam.
Calon prajurit ini juga belajar cara melempar lembing dan cara menunggang kuda dengan peralatan lengkap.
Menariknya, setiap Legiun dilatih menggunakan sling. Sekitar dua puluh lima persen dari semua Legiun menerima pelatihan memanah.
Membangun kamp militer
Ketika legiun Romawi berada di wilayah musuh, sangat penting untuk membangun kamp militer untuk perlindungan. “Terutama ketika mereka beristirahat di malam hari,” ujar Preskar. Maka sekop menjadi bagian dari perlengkapan standar Legiun Romawi.
Karena kamp merupakan faktor penting, pelatihan cara membuat kamp yang aman pun diajarkan kepada rekrutan.
Kamp, yang terdiri dari parit, benteng, dan pagar kayu runcing, harus dibangun dalam lima jam.
Melatih kedisiplinan
Kedisiplinan adalah salah satu pilar Legiun Romawi. Setiap prajurit berperilaku disiplin demi kepentingan seluruh unit. Kemampuan untuk bertarung sebagai satu unit memungkinkan Romawi untuk mengalahkan pasukan yang unggul dalam hal jumlah.
Para rekrutan dengan cepat mengetahui bahwa tertidur saat jaga malam atau tidak mengenakan pedang saat membangun kamp dapat dihukum mati. Mereka juga belajar untuk secara membabi buta mematuhi komandan mereka.
Setiap calon prajurit Romawi harus sehat, bugar, tinggi, dan warga negara Romawi. Jika melewati masa percobaan selama empat bulan, ia harus bersumpah setia. Setiap prajurit juga menerima tato untuk proses identifikasi yang lebih mudah. Melewati masa percobaan merupakan menjadi awal dari dua puluh lima tahun kehidupan militer yang sulit.
Dari proses seleksi dan pelatihan dasar, dapat disimpulkan mengapa Legiun Romawi menjadi kekuatan yang mematikan di medan perang kuno. Berkat campur tangan “mesin pembunuh” ini, wilayah Kekaisaran Romawi pun makin berkembang.
Post a Comment