Sedikit Bukti, Kita Tidak Pernah Tahu Bentuk Persis Megalodon
Megalodon (Otodus megalodon) secara harfiah berarti gigi besar yang dinamai karena peninggalan fosilnya. Giginya yang berukuran besar itu menyerupai milik hiu putih (Carcharodon carcharias), sehingga dianggap versi purba dari apa yang kita kenal sekarang.
Banyak laporan tentang hiu yang memangsa manusia. Sebelumnya, para ilmuwan berteori bahwa alasan hiu putih memangsa manusia karena memiliki pengelihatan visual yang buruk. Akhirnya hewan ini dianggap buas dan menyeramkan, bahkan dimuat dalam karya sastra hingga film seperti Jaws (1975).
Sementara, Megalodon digambarkan sebagai hiu dengan ukuran yang sangat besar oleh pegiat ilustrasi. Gambaran ini bahkan dimunculkan dalam karya sastra hingga film pula seperti The Meg (2018). Para ilmuwan sebelumnya memperkirakan panjangnya 15-20 meter.
Meski demikian, sebuah studi terbaru di jurnal Historical Biology terbit Minggu (06/02/2022), menyatakan bahwa keseluruhan bentuk tubuh Megalodon masihlah spekulasi. Para peneliti menulis di makalah berjudul "Body forms of extant lamniform sharks (Elasmobranchii: Lamniformes), and comments on the morphology of the extinct megatooth shark, Otodus megalodon, and the evolution of lamniform thermophysiology".
Penulis utama makalah Phillip Sternes juga mengatakan, "Studi baru ini menunjukkan bahwa saat ini tidak ada cara ilmiah untuk mendukung atau menyangkal keakuratan bentuk tubuh O. megalodon yang diterbitkan sebelumnya."
"Semua bentuk tubuh Otodus megalodon yang diusulkan sebelumnya harus dianggap sebagai spekulasi dari sudut pandang ilmiah," tambahnya. Dia sebelumnya adalah pascasarjana lulusan DePaul University di Chicago dan saat ini menjadi kadidat Ph.D. di University of California.
Sternes dan tim mencoba mengungkap realitas tentang pemahaman saat ini terkait bentuk tubuh Megalodon. Soalnya, selama ini hewan laut besar itu hanya diketahui dari catatan fosil gigi dan tulang belakangnya untuk digambarkan sebagai bentuk awal hiu putih besar.
C. carcharias atau hiu putih besar punya famili hiu Lamnidae seperti hiu mako, porbeagle, dan salmon, yang bersifat sebagian berdarah panas (endotermik regional), sehingga memungkinkannya sebagai predator aktif. Sementara O. megalodon tidak termasuk famili ini, walau sebelumnya diduga juga mengalami proses menjadi endotermik regional.
Dari sinilah para peneliti menyimpulkan, temuan sebelumnya yang lain menggunakan analisis bentuk geometris dua dimensi pada bentuk tubuh Lamnidae modern untuk mengusulkan dugaan bentuk tubuh megalodon.
"Fakta bahwa kita masih belum tahu persis bagaimana rupa O. megalodon membuat imajinasi kita terus berjalan,” kata Shimada. "Inilah tepatnya mengapa ilmu paleontologi terus menjadi bidang akademik yang menarik. Kami akan terus mencari lebih banyak petunjuk dalam catatan fosil."
Para peneliti kemudian mencari tahu apakah pendekatan dua dimensi ini benar-benar akurat untuk membedakan bentuk tubuh beberapa contoh dari spesies endotermik (berdarah panas) modern dengan spesies ektotermik (berdarah dingin) modern dalam ordo hiu (Lamniform). Megalodon juga termasuk dalam ordo ini.
Mereka menulis, secara kuat tidak ada hubungan antara termofisiologi (perubahan sistem suhu) dan bentuk tubuh ordo lamniform.
"Meskipun masih mungkin bahwa O. megalodon bisa menyerupai hiu putih besar modern atau lamnids, hasil kami menunjukkan bahwa pendekatan dua dimensi tidak serta merta memungkinkan rekonstruksi bentuk tubuh untuk O. megalodon," kata rekan peneliti Jake Wood dari Department of Biological Sciences, DePaul University, Chicago.
"Setiap diskusi yang berarti tentang bentuk tubuh O. megalodon akan membutuhkan penemuan setidaknya satu kerangka lengkap, atau hampir lengkap, spesies dalam catatan fosil."
Sementara rekan peneliti Kenshu Shimada berpendapat, "Studi ini mungkin tampak sebagai langkah mundur dalam sains, tetapi misteri yang berlanjut membuat paleontologi—studi tentang kehidupan prasejarah—jadi bidang sains yang menarik dan seru."
"Fakta bahwa kita masih belum tahu persis bagaimana rupa O. megalodon membuat imajinasi kita terus berjalan," ia menambahkan. "Inilah tepatnya mengapa ilmu paleontologi terus menjadi bidang akademik yang menarik. Kami akan terus mencari lebih banyak petunjuk dalam catatan fosil."
Post a Comment