Orient Express, Kereta Api Legendaris Membelah Eropa Paris-Istanbul
1 Januari 1934, Agatha Christie menerbitkan Murder on the Orient Express yang merupakan rangkaian serial kisah detektif Hercule Poirot. Dikisahkan, Poirot pada suatu hari mendapatkan telegram untuk kembali ke London, Inggris, dan memutuskan untuk menumpang kereta Orient Express.
Kereta yang ditumpangi Poirot digambarkan sangat mewah, dengan penumpang dari kalangan kelas atas. Kereta itu juga tidak biasa, karena rute tempuhnya yang membelah dataran Eropa dari Istanbul, Turki, hingga Paris, Prancis. Saking mewah dan tidak biasanya, kereta itu jadi simbol legenda transportasi Eropa.
Walau mengantar penumpang dari Paris ke Istanbul dan sebaliknya, sebenarnya ada beberapa jenis kereta Orient Express. Kereta yang menjadi latar cerita misteri Poirot adalah dengan rute yang melewati Simplon, Swiss (Simplon-)
Orient Express melakukan keberangkatan perdananya pada 10 Oktober 1882. Idenya, kereta mewah ini hendak menghubungkan Eropa dari barat ke timur, dan proyeknya dipimpin oleh Georges Nagelmackers, seorang insinyur Belgia dan pendiri perusahaan Compagnie Internationale des Wagons-Lits.
Meski tantangan perang bisa pecah kapan pun dan di mana pun, saat itu sedang masa keemasannya, masa di mana "pariwisata keliling dunia" muncul.
Lewat pengembangan transportasi pada abad ke-19, rel kereta api di sebagian negara Eropa terhubung dengan kereta api, tetapi perjalanannya kebanyakan tidak menyenangkan karena cenderung kontor, berbahaya, perlintasan perbatasan yang rumit dan memakan waktu, serta sulit diandalkan. Di sinilah, Nagelmackers melihat peluangnya dengan inovasi yang menawarkan keamanan dan kenyamanan.
Kereta perdana itu dinamai Éclair de luxe (kereta petir mewah) dari stasiun Gare de l'Est, Paris, menuju Wina. Pada uji coba Orient Express ini, Nagelmackers mengundang para tamu untuk menumpang pulang-pergi. Ada banyak pilihann makanan mewah yang disajikan dalam kereta uji coba itu, seperti tiram, sup dengan pasta Italia, ayam chasseur, beef tenderloin, anggur Bordeaux dan Burgundy, sampanye Prancis, salad, dan berbagai kue kering.
Jurnalis koresponden Times of London Henri Opper de Blowitz pernah menumpang kereta ini pada awal-awal keberangkatan Orient Express. Dia menulis, "taplak meja dan serbet putih cerah dari gerbong makan, yang dilipat secara artistik dan centil oleh para sommelier, gelas-gelas berkilauan, anggur merah rubi dan anggur putih topas, botol air sebening kristal dan kapsul perak dari botol sampanye—mereka membutakan mata publik baik di dalam mau pun di luar [Eropa]."
Sementara Edmond About, novelis dan koresponden harian Prancis Le Figaro, memberi ulasan menyenangkan, seperti "sprei yang diganti setiap hari, penyempurnaan yang tidak diketahui bahkan di rumah-rumah mewah terbaik pun." Setiap kompartemennya juga digambarkan memiliki fasilitas paling modern saat itu, seperti pemanas sentral, air panas, dan kamar mandi pribadi.
Dekorasinya ketika resmi beroperasi, memiliki kemewahan dan keindahan yang terinspirasi oleh hotel-hotel terbaik di dunia, gerbong keretanya memamerkan langit-langit kulit timbul, tirai beludru, seprai sutra, perabotan mahoni, peralatan makan dari perak. Ketika malam hari, lampu mewah yang dibuat oleh Émile Gallé menerangi segala gerbong yang dindingnya dihiasi permadani.
Meski nyaman dan teknisnya yang modern, Orient Express juga mengalami banyak kecelakaan, dari kecil hingga sangat serius. Contohnya salju yang menghalangi perjalanan pada beberapa kesempatan, dan para penumpang yang mengalami suhu sangat rendah sehingga terpaksa tidur dengan pakaian lengkap. Ketika kecelakaan salju seperti ini, awak kereta harus berjalan beberapa kilometer melewatinya untuk mendapatkan bahan makanan untuk dapur.
Ada pula cita-cita Nagelmackers yang menginginkan persatuan Eropa yang digagasnya lewat kereta harus sirna. Sebab, Perang Dunia I pecah dan mengakibatkan konflik politik negara-negara Eropa tahun 1914. Akibatnya, Orient Express harus berhenti beroperasi dari awal Perang Dunia hingga hingga 1918, dan rel kereta dipakai untuk kepentingan militer.
Tahun 1906, terowongan Simplon dibangun untuk menghubungkan Italia dan Swiss. Pada 1919, jalur ini digunakan oleh Simplon Orient Express, yang menjadi inspirasi latar cerita Hercule Poirot karya Agatha Christie. Kereta ini menggunakan jalur pesisir selatan Eropa ketika sudah tiba di Italia, melewati Milan, Venesia, dan Trieste, yang kemudian terhubung dengan rute asli Orient Express di Beogard—melintasi Pegunungan Alpen dan berhasil menghindari Jerman sama sekali.
Kemudian rute tambahan kereta ini dibuka lagi pada 1930, lewat Alberg Orient Express, dan menandakan kembalinya kebangkitan kereta api. Tetapi kebangkitan ini tidak bertahan lama ketika Perang Dunia II pecah dan menutup lagi Orient Express.
Selama perang, banyak perbatasan ditutup, gerbong tidur dan makan pun diisi oleh penumpang biasa. Lambat laun, kereta itu kosong beberapa dekade setelahnya karena sepinya penumpang dan pembatasan melintasi perbatasan. Kemajuan perjalanan udara komersial juga menjadi faktor utama lainnya yang membuat kejayaan Orient Express pudar.
Tahun 1959, penulis Prancis Paul Morand menulis "Orient Express telah menjadi kereta hantu yang penumpangnya merenungi pengalaman pahit kondisi manusia. Kesembronoan kita, mungkin berlebihan, telah digantikan oleh penderitaan."
Kemudian hampir semua layanan Orient Express berakhir, lewat keberangkatan Paris ke Istanbul pada 20 Mei 1977 milik Direct Orient Express. Rute yang tersisa adalah Venice Simplon-Orient Express dengan harga tiket 1.700 poundsterling di bawah perusahaan perjalanan Belmond, walau sempat terhenti karena pandemi COVID-19.
Setiap gerbongnya dimiliki oleh beberapa perusahaan penginapan, seperti Ibis Hotel. Kereta ini menawarkan beberapa rute kota populer untuk berwisata di Eropa seperti London, Paris, Vanesia, Amsterdam, Brussel, Jenewa, Roma, dan Florence.
Rencananya akan ada rute tembahan menuju dan dari Amsterdam, berdasarkan pernyataan Orient Express di CNBC, dan tiketnya habis terjual untuk keberangkatan tahun 2022. Kereta ini juga masih membuka rute pulang-pergi dari Paris ke Istanbul yang diperkirakan berangkat pada 25 Agustus 2023, dengan harga tiket termurahnya 17.500 poundsterling.
Post a Comment