Header Ads

Hewan- hewan Yang Dianggap Sakral Oleh Orang-orang Mesir Kuno


Departemen Layanan Hewan Malaysia mengungkapkan terjadi peningkatan hingga 30 persen terhadap kasus penyiksaan hewan. Peningkatan tersebut diamati mulai dari 510 kasus pada 2017, kini meningkat menjadi 662 kasus pada 2019. Lebih dari 90 persen kasus penyiksaan hewan melibatkan anjing dan kucing.

Melakukan penyiksaan terhadap hewan sama dengan merenggut kehidupannya. Semua agama melarang penyiksaan hewan. Padahal, hewan-hewan tertentu sudah dianggap sakral dan suci pada zaman Mesir Kuno. Orang-orang Mesir Kuno sangat menjunjung tinggi kesakralan hewan, baik peliharaan atau hewan liar. Bahkan, terdapat tempat-tempat peninggalan zaman Mesir Kuno yang memiliki mumi kucing serta kuda jantan penarik kereta.

Peradaban Mesir Kuno ditandai dengan adanya piramida, Sphinx, hieroglif, firaun dan kepercayaan akhirat yang berbeda. hewan pun memiliki peran yang sangat penting dalam evolusi permukiman kecil di tepi Sungai Nil. Dua hewan yang paling dicintai oleh rakyat Mesir Kuno adalah kucing dan anjing. Banyak keluarga memelihara anjing sebagai peliharaan, tetapi dilatih untuk menjadi penjaga dan pemburu.

Diperkirakan bahwa anjing pemburu pada Mesir Kuno adalah nenek moyang dari spesies basenji, greyhound, dan mastiff. Hal ini terbukti dengan adanya prasasti kuno dan hieroglif yang mengukirkan nama anjing yang maknanya “Sang Pemberani” dan “Andalan”.

Namun, agak sedikit berbeda dengan kucing. Orang Mesir Kuno percaya bahwa kucing merupakan hewan pengawas rumah. Kucing sangat membantu orang Mesir Kuno untuk memangsa tikus, dan burung. Ditemani oleh musang, kucing bertugas untuk menjaga lumbung dan gudang agar terbebas dari hama.

"Semuanya punya arti. Seekor kucing melindungi rumah dari tikus, dan gangguan hewan kecil lainnya. Ini adalah sikap yang dikaitkan dengan bantuan dewa tertentu," Menurut Antonietta Catanzariti, seorang kurator Museum Divine Feline di Amerika Serikat, yang mengkhususkan diri pada sejarah Mesir Kuno.

Karena begitu besar peran kucing di zaman Mesir Kuno, pemerintah bahkan membentuk tim khusus untuk memata-matai penyelundupan hewan. Membunuh kucing merupakan tindakan kejahatan dan akan dihukum berat dan dibuang ke sarang ular beracun.


Lebih unik lagi, pemilik kucing yang mati akan mencukur alis sebagai tanda kehormatan. Sementara, pemiliki anjing akan mencukur seluruh tubuh sebagai tanda kehilangan. Tetapi, bukan hanya kucing dan anjing, kumbang raksasa pun sangat dihormati seperti elang.

Ikan pun menjadi salah satu hewan keramat pada zaman Mesir Kuno. Firaun dan bangsawan tidak memakan beberapa ikan karena alasan agama. Namun, pada orang Mesir kelas bawah hanya memakan ikan mas dan lele. Selain sebagai pemenuhan spiritual, hewan dipelihara untuk memudahkan kehidupan sehari-hari terutama di bidang industri.

Orang-orang Mesir Kuno menggunakan air dari Sungai Nil untuk pertanian dan irigasi. Kedelai juga dipelihara untuk menarik bajak dan menabur benih. Selain itu, sapi dipelihara untuk dikonsumsi daging serta susu. Hewan ternak lainnya seperti kambing, domba, babi, dan bebek dikonsumsi serta dijadikan wol. Namun, popularitas ayam baru muncul ketika zaman New Kingdom. Untuk tujuan kurang baik, beberapa orang Mesir Kuno memelihara monyet untuk mencuri barang untuk pemiliknya.

Pemeliharaan hewan sangat bervariasi antar daerah. Misalnya, pada Mesir Hilir, pemeliharaan lebah lebih popular dan menjadi simbol kerajaan. Madu menjadi komoditas penting untuk makanan, rias wajah dan obat. Ketika seekor binatang terbunuh, orang Mesir Kuno memastikan tidak ada yang terbuang dari mulai daging, susu, kulit, lemak tanduk, bahkan kotorannya.

Hewan-hewan yang buas dan liar hidup di Sungai Nil. Terdapat buaya dan kudanil yang menjadi ancaman orang Mesir Kuno untuk melintas. Oleh sebab itu, buaya dan kudail sangat dihormati.

Pada kekuatan firaun, kekuatan mereka diwakili dengan singa dan banteng. Mengapa demikian?

Gambaran banteng yang kejam menginjak orang lain atau singa yang berhasil memburu mangsa melambangkan kekuatan penguasa dan kerajaan. Selain itu, hewan digunakan dalam peperangan. Pada puncak peperangan, Mesir Kuno didominasi oeh kereta perang. Kereta perang menjadi salah satu yang terkuat di medan perang sebelum munculnya kavaleri.


Kereta perang akan dibawa satu atau dua kuda, lalu tentara akan menggunakan busur, pedang, dan tombak dari atas kereta untuk menyerang infanteri musuh. Kuda awalnya berasal dari Afrika Utara dan baru tiba di Mesir setelah memperluas perbatasan di bawah New Kingdom.

Berbeda dengan perang antara Yunani dan Romawi Kuno, kuda sangat jarang ditunggangi dan hanya orang kaya yang mampu membeli kuda. Selain itu, kedelai dan bagal digunakan untuk mengangkut peralatan dan perbekalan baik dalam perang ataupun kondisi damai. Sangking mencintai hewan peliharaan, orang Mesir Kuno memumikan mereka.

Hal ini karena orang Mesir Kuno percaya bahwa mereka akan membawa harta benda pada kehidupan setelah kematian. Hewan peliharaan sebesar sapi juga dikorbankan, dimumikan dan dimasukkan ke dalam kubur.

Bahkan, terdapat kuil dan kuburan khusus untuk hewan yang tidak ingin dibawa ke alam baka. Hewan-hewan tersebut selain dibunuh untuk mengantar pemilik ke alam baka tetapi juga menjadi makanan dalam Duat, alam kematian.


Berdasarkan cerita yang beredar, banyak dewa Mesir yang digambarkan dengan hewan. Masih terjadi perdebatan apakah kewan peliharaan disembah sebagai dewa, tetapi yang pasti hewan sangat dicintai orang Mesir.

"Apa yang mereka (sebenarnya) lakukan adalah mengasosiasikan kucing dengan dewa tertentu karena sikap mereka, bagaimana mereka berperilaku di dunia nyata," kata Catanzariti.

No comments

Powered by Blogger.