Cerita Hidung Belang yang Berakhir di Tiang Gantungan Batavia
Ini salah satu kisah legendaris yang melekat dengan kawasan Ancol di sebelah utara Jakarta. Setelah ditinggalkan orang-orang Belanda karena dianggap sarang malaria, nama Ancol terdengar lagi pada pertengahan abad ke-19 karena kasus Oey Tamba Sia, pemilik soehian (rumah pelesir) Bintang Mas di Ancol.
Kisah Oey Tamba Sia beredar turun temurun dalam masyarakat Betawi. Agak sulit meraba keberadaan rumah itu sekarang. Entah berada di dalam atau luar kawasan Taman Impian Jaya Ancol yang kini sudah melalui berbagai tahap evolusi.
Oey Tamba Sia anak dari Oey Thoa, raja tembakau keturunan Tionghoa asal Pekalongan, yang memiliki toko tembakau terbesar di kawasan Jalan Toko Tiga Pancoran Glodok. Sang ayah dikenal berjiwa sosial. Setelah sembahyang di Klenteng Kim Tek Ie (Klenteng Jin De Yuan, Petak Sembilan Glodok), ia mendermakan uang bagi orang-orang miskin.
Sayang, pedagang kaya raya yang sangat disegani di Batavia ini meninggal di usaia 50 tahun, dan meninggalkan harta warisan untuk anak-anaknya—melebihi dua juta gulden.
Berbeda dengan sang ayah, Oey Tamba gemar berbuat jahat dan maksiat. Konon pada setiap pagi, saat ia membuang hajat di kali di Jalan Toko Tiga yang airnya masih jernih itu, puluhan orang menunggunya membuang uang kertas yang digunakan untuk membasuh. Tak jarang mereka saling berebut, hingga jatuh korban luka.
Gong Guan atau Kongkoan, sebuah dewan majelis yang terdiri dari para pemimpin masyarakat Tionghoa di Batavia, mendengar kejahatan Oey Tamba. Mereka meminta Majoor der Chinezen Tan Eng Goan untuk bertindak tegas, karena dianggap menjatuhkan nama Tionghoa di mata masyarakat Batavia.
Akhirnya Oey Tamba Sia diseret ke tahanan polisi di Batavia. Pengadilan Landraad (Museum Sejarah Jakarta) digelar dan ia diputus bersalah. Tiang gantungan menjadi akhir dari riwayat hidup si playboy jutawan Batavia.
Post a Comment