Legenda Yeren
Yeren (dalam bahasa Cina berarti "manusia liar") adalah makhluk legendaris yang dikatakan hidup di daerah hutan pegunungan terpencil di Hubei Barat.
Sebutan lainnya adalah Yiren, Yeh Ren, Chinese Wildman (manusia liar Cina), dan Man-Monkey (secara harfiah disebut "Man Bear").
Yeren adalah sejenis primata misterius yang hidup di pegunungan Cina, dan kebanyakan penampakannya datang dari daerah terpencil provinsi Hubei.
Gua Yeren di provinsi Hubei barat |
Yeren digambarkan sebagai makhluk setinggi 6-8 kaki (1,8 - 2,4 meter), dalam kasus ekstrim dilaporkan tingginya mencapai 12 kaki (3,6 meter), dan memiliki rambut berwarna cokelat kemerahan.
Walapun jarang terjadi, penampakan Yeren berwarna putih juga terkadang terlihat, dan itu mungkin disebabkan oleh kasus albinisme (kelainan pigmen melanin) atau Yeren tersebut sudah dalam usia lanjut (tua).
Yeren memiliki bentuk kepala yang lebih mirip dengan manusia daripada kera.
Wajah cekung, bibir menonjol, mencangkup gigi besar seperti kuda, dan hidung bulat dengan lubang yang terbalik.
Secara keseluruhan, Yeren berukuran lebih kecil dibandingkan dengan Bigfoot.
Mereka umumnya bersifat ramah, namun akan menjadi pendiam, atau memilih untuk menyendiri ketika berada di sekitar manusia.
Menurut Xinhua, lebih dari 400 orang dilaporkan telah melihat Yeren.
Pemerintah Cina pun telah berupaya mencari Yeren.
Banyak jejak kaki dan jejak rambut yang telah ditemukan, dikaitkan dengan sosok Yeren.
Kisah tentang "manusia liar" telah menjadi bagian dari cerita rakyat Cina Tengah dan Cina Selatan selama berabad-abad.
Termasuk kemunculan makhluk besar berambut seperti manusia yang hidup di wilayah hutan gunung di Cina Tengah, Provinsi Hubei Barat.
Asal usul lain dari kisah Yeren berasal dari tahun 206 SM, selama pembangunan Great Wall (Tembok Besar).
Para pekerja Great Wall yang kelelahan melarikan diri menuju hutan terpencil (yang tak dihuni) untuk terbebas dari kerja paksa.
Para pekerja ini menjadi "liar" dari waktu ke waktu selama berada di wilayah pegunungan. Menyebabkan terbentuknya generasi baru dari "manusia liar" yang tersembunyi di hutan purba.
Dikatakan bahwa "orang-orang liar" ini lebih besar dan lebih berbulu daripada manusia biasa.
Mereka masih mempertahankan kemampuan berbicaranya, dan terkadang memberanikan diri keluar dari hutan untuk menanyakan "apakah Tembok Besar telah selesai dibangun ?".
Meski telah diberi jawaban "ya", orang-orang liar ini enggan untuk mempercayainya, dan kembali menuju rumah alpine mereka.
Pada zaman Dinasti Tang (618-907), sejarawan, Li Yanshou mendeskripsikan sekumpulan "manusia berbulu" di daerah Jiangling County, dan di Hubei.
Penyair dinasti Ch'ing, Yuan Mei (1716-98), dalam bukunya New Rhythms, menjelaskan tentang keberadaan makhluk yang digambarkan seperti monyet, tapi bukan monyet, di barat daya provinsi Shaanxi, Xianning County.
Pengamatan pertama mengenai Yeren dilakukan oleh seorang ahli biologi bernama Wang Zelin dari Faculty of Biology, Chicago, pada tahun 1940.
"Sekitar September atau Oktober, kami sedang bepergian dari Baoji menuju Tianshui melalui kota Jiangluo. Mobil kami berada di antara kota Jiangluo dan Niangniang Plain, ketika tiba-tiba mendengar suara tembakan di depan kami."
"Ketika mobil mencapai kerumunan pria bersenjata, kami semua turun untuk memuaskan rasa ingin tahu kami. Kami bisa melihat bahwa 'manusia liar' itu telah ditembak mati dan tergeletak di pinggir jalan."
"Tubuhnya kenyal dan sangat tinggi, sekitar 2 meter. Seluruh tubuhnya ditutupi oleh rambut merah keabu-abuan yang sangat lebat. Karena wajahnya menghadap ke bawah, beberapa orang membalikan badannya agar bisa melihat (tubuhnya) secara keseluruhan dengan baik."
"Makhluk itu ternyata ibu (betina) yang memiliki payudara yang besar. Putingnya sangat merah, mungkin baru saja melahirkan (atau memiliki anak). Rambut di wajahnya pendek. Wajahnya menyempit dengan sepasang mata yang dalam, tulang pipi dan bibirnya menonjol."
"Penampilannya menyerupai Peking Man atau homo erectus Cina betina. Bagaimanapun, rambutnya terlihat lebih panjang dan lebih tebal dibandingkan dengan model homo erectus. Makhluk itu jelek karena bibirnya menonjol."
"Menurut penduduk lokal, ketika itu terdapat dua makhluk yang kemungkinan satu jantan dan satu betina. Mereka telah berada di daerah tersebut selama lebih dari satu bulan. 'Orang-orang liar' memiliki kekuatan yang luar biasa, sering terlihat berdiri dan mereka sangat tinggi."
"Mereka pejalan cepat, dan ketika berjalan menanjaki bukit, mereka sama cepatnya dengan berjalan di jalan biasa (datar). Karena itulah, orang-orang (penduduk setempat) tidak bisa mengejar mereka. Mereka tidak memiliki bahasa, dan hanya bisa berteriak atau melolong."
Peking Man (Manusia Peking) |
Pada tahun 1950, ahli geologi, Fan Jingquan melaporkan telah melihat sepasang "manusia liar" yang dia jelaskan sebagai ibu beserta anaknya di hutan provinsi Shanxi.
Pada 1960, sebuah tim pembangun jalan diduga telah membunuh Yeren betina di hutan Xishuang Banna.
Ilmuwan yang menyelidiki kasus tersebut menggambarkan makhluk itu hanya memiliki tinggi 4 kaki (1,2 meter) dan terlihat seperti siamang.
Namun, dua puluh tahun kemudian, seorang jurnalis yang juga terlibat dalam investigasi tersebut mengklaim bahwa makhluk itu bukan siamang, tetapi "binatang tidak diketahui yang berbentuk manusia."
Sebuah artikel berita di tahun 1980 menceritakan kisah seorang wanita yang diklaim telah diculik oleh salah satu dari mereka (Yeren) pada tahun 1939.
Dia menghabiskan 27 hari di kawasan hutan provinsi Hubei (wilayah yang terkenal dengan penampakan manusia liar) dan pada saat itu dia hamil oleh "manusia mirip monyet" tersebut.
Dia melahirkan seorang anak yang dipanggil "monkey child", yang mati pada tahun 1960.
Menurut Guangming Daily, kerangka tersebut berhasil digali, dan hasil pemerikasaan menunjukkan bahwa anak itu memiliki karakteristik dari seekor kera dan seorang manusia.
Tidak ada cryptozoologist yang mengkaitkan hubungan antara Yeren dengan Gigantophitecus, meski ukuran dan penampilannya terlihat sama, atau mungkin spesies relik dari Gigantophitecus itu sendiri.
Teori lainnya berpendapat bahwa Yeren adalah kesalahan identifikasi kera langka, atau mungkin spesies baru dari orangutan.
Tidak menutup kemungkinan juga jika Yeren adalah orangutan atau spesies relik dari Gigantophitecus yang telah berevolusi, dan memilih untuk hidup di daerah terpencil di Cina.
Pendapat lainnya mengatakan bahwa Yeren mungkin tidak hanya legenda, karena mereka benar-benar berdiam di wilayah yang tidak memiliki catatan takhayul (semacam makhluk mitos) atau fenomena aneh, termasuk banyaknya kejadian albinisme pada hewan lokal, yang sekaligus menambah mistiknya kawasan tersebut.
Yeren juga telah dihubungkan dengan legenda Cina kuno tentang raksasa hutan ajaib dan makhluk "beruang seperti manusia".
Post a Comment