Wani, Naga Laut yang Terlupakan
Naga hampir selalu mampir di legenda – legenda dari berbagai penjuru dunia. Mulai dari Tiamat dari Babilonia sampai ke Hydra dari Yunani yang juga menjadi nama organisasi dari suatu series MARVEL ternama. Tidak ketinggalan, Jepang juga memiliki mitologi mengenai naganya tersendiri.
Kali ini yang dibahas bukan lah sang naga berkepala delapan, Yamata no Orochi, tetapi naga yang sudah mulai agak dilupakan. Sedikitnya literatur yang membahas juga arti dari kanji namanya yang sudah mengalami penyempitan, membuat kisahnya mulai memudar.
Apakah Akiba – chan dan Akiba – kei sudah pernah mendengar tentang Wani?
Wani (和邇) adalah sesosok naga yang tinggal di dalam perairan, baik itu danau maupun laut. wujud monster itu seperti naga “normal”, memiliki tubuh panjang bersisik seperti ular dengan kaki. Wani juga dapat bernafas baik di air maupun di tempat terbuka.
Sosok Wani awalnya tercatat dalam mitologi Jepang di Kojiki dan Nihon Shoki. Latar waktu dalam kisah itu ada sebelum masa sejarah. Sayangnya, banyak para peneliti yang tidak sepakat kalau Wani benar – benar berasal dari Jepang. Pasalnya, mereka memiliki ciri yang mirip dengan naga di China.
Walau awalnya memiliki diartikan sebagai “naga”, kata “Wani” kemudian dapat ditulis dengan kanji 鰐 yang memiliki arti monster laut yang sering dijumpai oleh para nelayan saat malam hari dan hiu. Saat itu, hiu dipercayai sebagai ular atau naga yang kuat dan melegenda.
Seiring berjalannya waktu, arti kata tersebut meluas menjadi mencakup buaya, kemudian menjadi menyempit lagi menjadi hanya memiliki arti buaya. Sampai saat ini, kata “wani” memiliki arti buaya dan bukan sebagai naga laut lagi.
Naga ini dikenal sebagai penguasa lautan. Mereka hidup di dasar samudra atau perairan lainnya. Dalam sistem kekuasaannya, mereka memiliki raja, ratu, pangeran, putri, bangsawan, pelayan, dan lainnya layaknya kerajaan manusia. Mereka juga dikenal dapat berubah bentuk menjadi manusia dan acap kali terlibat hubungan romansa dengan manusia.
Ryūjin dikenal sebagai wani yang paling hebat. Dia memerintah lautan dari Ryūgū-jō, mengontrol pasang – surutnya air laut menggunakan satu pasang batu permata.
Kisah cinta antara wani dengan manusia yang paling terkenal datang dari Toyotama, putri dari Ryūjin. Dikisahkan bahwa pada saat itu Hoori, salah satu cucu dari Amaterasu sedang mencari kail pancing yang ia pinjam dari saudaranya. Alih – alih menemukan kail pancing, dia malah menemukan kerajaan Ryūjin.
Akhirnya Hoori meminta tolong Ryūjin untuk membantunya mencari kail tersebut. Dengan bantuan Ryūjin, akhirnya Hoori berhasil menemukan kail tersebut. Akan tetapi, saat menemukannya Hoori sudah jatuh cinta terhadap Toyotama.
Pernikahan pun berlangsung dan Hoori ikut tinggal bersama istri barunya di bawah laut selama tiga tahun. Setelah tiga tahun, atas permintaan suami, akhirnya mereka pindah kembali ke permukaan, ke tempat Hoori tinggal sebelumnya.
Setelah kembali ke permukaan, Hoori mengembalikan mata kail yang hilang ke saudaranya. Iya nyari mata kail aja tiga tahun loh. Tidak lama kemudian, Toyotama yang sedang hamil akan melahirkan. Seperti legenda – legenda pada umumnya, Toyotama berpesan kepada suaminya agar jangan ngintip saat dia melahirkan, karena harus kembali ke bentuk asal. Hoori, sebagai suami yang baik tentunya, penasaran dan mengintip sang istri yang sedang melahirkan.
Ia terkejut karena yang dilihat adalah sesosok naga yang sedang melingkari putra mereka. Toyotama yang mengetahui bahwa sang suami mengintip, merasa malu dan kecewa. Ia akhirnya pergi kembali ke lautan, meninggalkan Hoori dengan putranya.
Post a Comment